Jumat, 10 Mei 2013

Bupati Sampang : " Kembali Ke Sampang Sama Saja Dengan Menyetor Nyawa ".




Bupati Sampang yang baru terpilih, Fannan Hasib, menyatakan opsi relokasi warga Syiah ke Sidoarjo, Jawa Timur, adalah pilihan yang paling realistis untuk mengakhiri konflik di wilayahnya.
Mengembalikan pengungsi ke wilayah asal mereka, menurut Fannan, justru bukan pilihan sama sekali karena sama besar kemungkinan kerusuhan akan kembali terjadi.
"Senin besok saya akan bertemu gubernur Jawa Timur untuk membicarakan masalah ini, ini sudah masuk ranah agama. Kemarin di Sampang sekitar 2.000 massa dari daerah setempat datang ke daerah saya. Semua masyarakat minta supaya pengungsi keluar dari Madura," kata Fannan kepada BBC Indonesia pada Rabu (08/05) melalui telepon.
"Kalau sudah seperti itu apa kita mau masukkan (pengungsi) ke sana lagi?" kata Fannan.
Sebelumnya, muncul protes karena relokasi para pengungsi dinilai melanggar HAM. Selain itu, relokasi juga ditolak oleh para pengungsi yang lebih memilih kembali ke tanah asalnya di Sampang.
Akan tetapi, Fannan mengatakan kembali ke Sampang "sama saja dengan menyetor nyawa".
Sejumlah wilayah pernah diusulkan untuk menampung warga Syiah Sampang, di antaranya satu perumahan di Sampang dan di daerah Camplong.
Warga Syiah menolak tawaran ini. Fannan mengatakan pilihan area relokasi lain yang sudah disetujui oleh pemerintah daerah setempat yaitu di Sidoarjo.
"Kita harus selesaikan ini, kalau tidak mau sampai kapan," katanya.

Iklal al Milal, perwakilan warga Syiah yang mengungsi mengatakan bahwa pengungsi saat ini sudah tidak lagi mendapat bantuan makanan dari pemerintah sejak tanggal 1 Mei.

Saat ini, kata Iklal, mereka mendapatkan bantuan beras dari dermawan yang mencukupi untuk satu bulan ke depan.
Sebanyak 166 warga, 38 di antaranya anak-anak, bertahan di pengungsian hampir selama 6 bulan.
Iklil berpendapat bahwa sebagai warga negara, warga Syiah juga harus mendapatkan hak yang sama dengan warga lainnya terkait masalah tempat tinggal.
"Relokasi apalagi pengusiran secara langsung itu kan sudah melanggar undang-undang dan melanggar HAM. Kami juga warga negara yang sejak dulu tinggal di situ, masak dengan permasalahan kesalahpahaman kami harus diusir dari kampung halaman kami," kata Iklal.
Ia menambahkan bahwa ada sebagian warga di kampungnya yang bertanya-tanya dan mengharapkan kepulangan mereka.
"Jadi sebenarnya, kalau di lingkungan kami itu tidak ada masalah, mereka tetap menerima kami," kata dia.
Konflik warga Syiah dan Sunni di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur sudah terjadi sejak 29 Desember 2011 ketika massa membakar pondok pesantren milik penganut Syiah di Dusun Nangkernang, Sampang.
Penyerangan kemudian terjadi lagi pada tanggal 12 Agustus 2012, ketika sekitar 200 warga menyerbu pemukiman warga Syiah. Sedikitnya dua warga tewas dan 10 rumah terbakar dalam peristiwa ini.
Sejak itu warga Syiah mengungsi di GOR Sampang.

Posted By : Lensa Surabaya
News Source : BBC Indonesia
Photo :  Konflik antara warga dan pemeluk Syiah di Sampang pecah pada akhir 2011. (Doc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar